Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perjalanan Religius Mendiang, K. H. Abdul Muin Yusuf (2). Tekun Belajar, Tidak Suka Menghamba, Konsisten dan Prinsipnya Teguh

Kamis, 18 Agustus 2022 | 11:43 WIB | 0 Views Last Updated 2022-08-20T19:25:11Z



Mendiang, Anregurutta, K. H. Abdul Muin Yusuf (Foto: Istimewa) 

NUANSABARU.ID, BENTENG SIDRAP - Dalam perjalan kiprahnya, K.H. Abdul Muin Yusuf yang dikenal dengan gelaran Anregurutta Kali Sidenreng merupakan sosok ulama yang sejak usia dini tekun belajar dan mendalami ilmu Agama. 


Masih dalam kaitan Haul ke-18 yang diperingati di Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa, Benteng, Sidrap, 6 Agustus 2022 lalul, sejenak kita menengok perjalanan religius Gurutta (Sang Guru). Di mana tercermin kepribadian dan karakter yang patut diteladani.
Seperti dikatakan Bupati Sidrap, H. Dollah Mando ketika menghadiri Haul ke-18 Gurutta. "Anregurutta Kyai Haji Abdul Muin Yusuf memiliki banyak jasa dan patut menjadi sosok teladan," ujar Dollah Mando saat itu.

Bagaimana perjalanan hidupnya di masa kecil hingga jadi ulama terkenal?

Seorang muridnya bernama, Abdul Karim, menulis kisah ringkasnya yang dimunculkan di sebuah media. Abdul Karim begitu dekat dengan beliau, dan pernah serumah, bahkan pernah ditugasi menjaga rumah Gurutta di Makassar.

Abdul Karim kemudian menjadi salah satu murid yang terbilang berhasil. Abdul Karim telah duduk sebagai orang kedua organisasi Islam terbesar di Sulsel. Dalam hal ini, Abdul Karim terpilih dan dipercaya sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Wilayah Nahdatul Ulama (Sekum PW NU Sulsel).

Murid setia Gururtta ini disamping belajar ilmu Agama, ia juga banyak bertanya tentang kiat-kiat sukses dan perjanan karier Gututta. Jelasnya, karena kedekatannya, ia banyak memetik hikmah dari ketokohan Gurutta.

Dikisahkan bahwa semasa kecil, Gurutta telah memperihatkan ketekunannya untuk belajar dan mendalami ilmu agama. Memasuki usia 7 tahun, Gurutta mulai belajar mengaji pada seorang Kyai kampung bernama, H. Patang.


Sejak Muda, Ada Tanda-tanda akan Jadi Panrita

Tak hanya itu, beliau kemudian masuk sekolah umum pagi hari di Insladsche School (sekolah jaman Belanda). Sore harinya, ia juga belajar Agama di sekolah Ainur Rafieq.

Dari usia belia pada diri Gurutta juga terlihat ada tanda-tanda bahwa dirinya kelak akan menjadi ulama besar. Hal ini diungkapkan oleh 2 orang pamannya bernama Puang Ngakka dan Syeikh Ali Mathar.

Kedua pamannya itu melihat sesuatu bahwa ponakannya Abdul Muin muda itu terlihat ada tanda-tanda bahwa ia bakal menjadi panrita (ulama terkenal). Entah kedua pamannya melihat gejala itu secara mata batin atau memperhatikan tabiat kecil Gurutta, tak dijelaskan.

Yang pasti, kedua pamannya yang juga pemuka agama itu selalu men-support atau memotivasi agar Abdul Muin muda melanjutkan pendidikannya ke tanah suci Mekah. Bahkan Puang Ngakka disebutkan sempat menjual sawahnya untuk membiayai Gurutta sehingga ia bisa melanjutkan pendidikannya di Tanah Suci Mekah.

Kembali kepada titian perjalanan pendidikan .
Gurutta yang akhirnya berangkat ke Makkah (nama klasik Mekah). Di Makkah itulah Gurutta banyak mendalami kitab-kitab berbahasa Arab yang menjadi cikal bakal kebiasaannya yang selalu mau mengoleksi kitab-kitab penting untuk didalami.

Bahkan sekembalinya dari Mekah, Gurtta tak mau berhenti belajar. Gurutta kembali belajar secara informal pada ulama Tasawuf, Syeikh Ahmad Jamaluddin yang juga dikenal dengan gelaran Syeikh Jamal Padaelo. Dari Syeikh Jamal Padaelo Gurutta mendalami ilmu ma'rifat.

Dari pertemuan yang berkah tersebut, Gurutta berjodoh dan mempersunting putri Syeikh Jamal Padaelo bernama Hj. Baderiah (Puang Bade) Binti Syeikh Ahmad Jamal Padaelo. Dari hasil pernikahannya itu, pasangan K.H. Abdul Muin Yusuf dan Hj. Baderiah dikarunia 10 anak. 

H. Surkati Muin, putra Gurutta (kiri) bersama Bupati Sidrap, H. Dollah Mando dan hadirin lainnya dala  suasana Haul ke-18 K. H. Abd.. Muin Yusif (Foto: Diskominto Sidrap).




Berita Terkait: Kali Sidenreng Sosok Teladan

Tak Mau Jadi Bagian dari Kekuasaan

Dikutip dari uraian muridnya lagi, bahwa Gurutta itu ternyata punya prinsip kokoh (teguh). Dalam mengemban misinya sebagai ulama, ia tak mau menjadi bagian dari kekuasaan. Gurutta tak mau menghamba pada kekuasaan dan ia tak pernah menundukkan kepalanya di depan kekuasaan.

Karena itu, ia tak pernah meminta khusus bantuan atau sumbangam untuk pesantrennya yang dibangun. Namun, bila ada bantuan datang ia tak menolaknya karena itu rezeki Allah. Prinsipnya, tangan di atas itu lebih mulia dari pada tangan di bawah.

Senada dengan itu, digambarkan pula oleh, H. Surkati Muin, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa, dalam suasana Peringatan Haul ke-18 Gurutta, 6 Agustus 022, pekan lalu.

Di hadapan para undangan dan hadirin yang mengikuti acara, Surkati Muin mengatakan, Anregurutta K.H. Abdul Muin Yusuf itu merupakan ulama multi dimensi.

H. Surkati Muin, putra Gurutta yang kini eksis mewarisi pengelolaan pesantren yang didirikan ayahnya itu melihat Gurutta sebagai agamawan sekaligus negarawan, tokoh yang konsisten dan tegas berpegang pada prinsip.

Selain itu, lanjut Surkati Muin, Anregurutta KH Abdul Muin Yusuf seorang aktivis organisasi yang mumpun6i. Beliau berkarya sejak jaman perjuangan merebut kemerdekaan hingga zaman mempertahankan kemerdekaan,

"Usianya dipergunakan berkarya untuk kepentingan orang banyak. Salah satunya dengan mendirikan Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa ini, " pungkasnya. (ABDUL-NB/bersambung)

*) Sumber:
- Abdul Karim, alumni Pesantren Al Urwatul Wutzqaa Benteng Sidrap melalui Mediasulbar.com
- Diskominfo Sidrap
- Buku Sejarah Sidrap,
Penulis: Tim Dosen UNHAS.
×
Berita Terbaru Update