Sang Wartawan dan Aktivis Pemberani Aris Asnawi telah Tiada


H. Aris Asnawi semasa hidupnya.
(Foto: Dok. Istimewa). 

Nuansabaru.id, MAKASSAR - Sebelum sakit, orangnya terlihat berbodi tegar, berkulit kehitam-hitaman. Gesturnya seakan garang, bermata tajam dan berkumis tebal sehingga terkesan jantan. Kalau diajak diskusi, ternyata dia sosok yang komunikatif dan amat bersahabat.

Dia, H. Aris Asnawi, SE, purnabakti wartawan dan aktivis pejuang kebenaran semasa hidupnya. Setelah menderita penyakit diabetes sekian lamanya, akhirnya ia dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa.

Aris Asnawi berpulang ke Rahmatullah dan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Ibnu Sina Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa, (21/5-2024), pukul 11.48 Wita. Setelah itu, jenazahnya diantar ke kediamannya di BTN Citra Tello Permai Blok B3 Nomor 15, Makassar.

Dijadwalkan, Selasa sore sekira pukul 16.00 Wita, jenazah Aris Asnawi akan dipulangkan ke kampung halamannya sembari disemayamkan di rumah duka tempat kelahirannya, di Jalan Pinrang Baranti, Kabupaten Sidrap.

Esok harinya, (har ini -red), Rabu, 22 Maret 2024 barulah jenazah Aris Asnawi akan di-shalat-kan di madjid terdekat kemudian dimakamkan di Pekuburan Islam di Baranti sana, tak jauh dari rumahmya.

Kepergian Haji Aris, demikian sapaan akrabnya, meninggalkan seorang isteri bernama Asmawati, asal Palopo dan 2 orang anak. Pasangan Aris Asnawi-Asmawati dikaruniai 2 orang anak (buah hati). 
Anak pertamanya, drg. Alfiansyah Ashari Asnawi dan anak keduanya, Alfinah Ashari Asnawi (masih menuntut ilmu).

Sehari-harinya selama ini Aris Asnawi terlihat bersama anak isterinya mereka hidup damai dan bahagia. Mereka telah memiliki rumah sendiri serta kendaraan roda empat dan roda dua dan fasilitas lainnya.


Ini saat-saat, bahagia ketika anak pertamanya meraih gelar sebagai dokter gigi, drg Alfiansyah Ashari Asnawi
(Foto: Dok. Keluarga).

Pesan Terakhir Aris Asnawi

Pembincangan dan pesan terakhir Haji Aris, ketika penulis (saya) menjenguk di rumahnya di BTN Tello Permai Blok B3/15, belakang Aspol Tello Makassar, sebelum dirawat lagi di RS Ibnu Sina.

Begitu saya masuk ke rumahnya dan mengucapkan salam, langsung dijawabnya. Ketika itu, dia masih kuat untuk duduk di kursi dan bicara dengan baik.

Sesaat kemudian, ia permisi untuk menyantap sedikit dan perlahan nasi beras merah yang disuguhkan isterinya Ny Asmawati, sesuai petunjuk dokter. Setelah itu, dia melanjutkan makan sedikit buah naga dan advokat, juga sesuai arahan dokter.

Saya sebagai kerabat (teman dekat), agak lega juga melihat kondisinya yang lumayan mulai membaik dan masih bisa berkomunikasi dengan baik.

"Alhamdulillah, Anda insya Allah masih sehat, sabarki dengan ujian ini," ujarku sambil menyapa lengannya dan menyemangati dia.

Setelah itu Haji Aris dan isterinya bercerita ihwal suka-duka perjuangan mereka melawan penyakit gula yang dideritanya. Diantaranya, ia dirawat rutin di rumahnya oleh seorang perawat.

Yang cukup merepotkan, katanya, 1 kali 24 jam harus disuntik oleh sang istri tercinta 6 kali dengan obat suntikan yang juga sesuai resep dokter, sehingga sementara tidur tengah malam harus bangun untuk disuntik.

Meski ia sakit, naluri jurnalistiknya tetap muncul. Haji Aris mengatakan, kondisinya saat ini merupakan satu topik penulisan yang bagus. Dikatakan, profesi wartawan itu rentan terkena penyakit diabetes.

Maksudnya, wartawan itu setiap saat harus bekerja ekstra meliput dan mengejar berita tak kenal panas atau dingin. Sepulang dari menghimpun data, duduk lagi berlama-lama menulis berita hingga larut malam.

Entah ini merupakan firasat bahwa ia tak lama lagi akan pergi untukmselamanyw, ataukah hanya spontanitas belaka. Wallahu alam! 

Pesan terakhirnya, ia meminta teman-teman menjaga kesehatan sembari meminta disampaikan salam dan permohonan maafnya kepada teman-teman (maksudnya, teman-teman jurnalis dan lain-lain), karena tak bisa bersama-sama lagi seperti dulu.
.
Ternyata, beberapa hari kemudian, ia kembali masuk ke Rumah Sakit Ibnu Sina untuk dirawat intensif. Sampai akhirnya, Selasa, 21 Mei 2024 menjelang tengah hari, ia menemui ajalnya.


Ucapan Belasungkawa dari Rektor Institut
Teknologi Kesehatan Mihammadiyah Sidrap

Kesan-kesan Bermakna yang Disisakan

Mendiang H. Aris Asnawi semasa hidupnya dikenal dikenal sebagai sosok fenomenal. Ketika ia masih di bangku kuliah, ia dikenal sebagai aktivis kampus yang getol melakukan aksi-aksi kontrol dan unjukrasa bila terjadi ketimpangan-ketimpangan kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Begitu selesai kuliahnya dan terjun ke masyarakat, ternyata basic aktivisnya itu tak pupus. Ia mendirikan LSM dan bahkan melamar menjadi wartawan harian media cetak bernama Harian Ujungpandang Express (Upeks), media FAJAR Group yang berkantor pusat di Makassar.

Dengan demikian, misi kontrol sosial yang digelutinya tetap berlanjut, apalagi telah bertatus sebagai jurnalis media harian. Yang jelas, ketika ia menemukan kasus yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat, Aris Asnawi berani memuat berita kontrol.

Di sisi lain, Aris Asnawi juga dikenal sebagai organisatoris yang aktif di berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan. Diantaranya, Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyah), dan yang lainnya.

Selain itu, Aris Asnawi juga aktif di IPMI (Iktan Pelajar dan Mahasiswa) Sidrap di Makassar, Ikatan Kekerabatan Masyarakat (IKM) Sidrap, Ikatan Sarjana Asal (ISA) Sidrap di Makassar dan sebagainya.

Sebagai organisatoris, Aris Asnawi juga tetap konsisten menjalankan misi persnya sebagai wartawan. Bahkan ketika ia mengundurkan diri dari Harian Upeks, Aris Asnawi justru sempat mendirikan media cetak sendiri dalam bentuk tabloid bernama Tabloid Amanat Rakyat.

Intinya, banyak memori jurnalistik yang disisakan mendiang Aris Asnawi, utamanya dalam mengusung berita kritik dan kontrol sosial yang membela kepentingan masyarakat (umat). Namun, tak dapat diulas lebib jauh dalam ruang yang terbatas ini.

Salah satunya, memerangi kemaksiatan. Untuk topik ini satu lagi artikel khusus yang terkait dengan kesan jurnalistik Aris Asnawi pada edisi lanjutannya. Baca: Nuansabaru.id, judulnya, "Aris Asnawi Nyaris Bentrok dengan Teman Sendiri untuk Perangi Kemaksiatan". (*).

Penulis/Editor: ABDUL MUIN L.O.


Topik Terkait

Baca Juga :