Kesan Elementer yang Tersisa dari Workshop Jurnalistik Digital IWO Sidrap

Catatan Ringan: Abdul Muin L.O *)



Kiri: Peserta Workshop Jurnalistik Digital. Kanan: Keynote Speaker, H. Bachtiar, D. Hi., M. Si. (Foto: Panitia Workshop NuansaBaru.ID/ABDUL)

NuansaBaru.ID, PANGKAJENE SIDRAP -- Hari itu, cuaca di Kota Pangkajene, ibukota Kabupaten Sidenreng Rappang cukup cerah. Menjelang pukul 09.00 WITA, aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) terlihat ramai dan nyaris penuh. 


Pengunjungnya bervariasi. Ada uniform TNI, Polri, ASN, ada berjaket almamater perguruan tinggi dan kostum lainnya. Terbanyak berpakaian bebas rapi. Sesaat kemudiaan, suara MC berkumandang via sound system menyatakan Workshop Nasional Jurnalistik Digital Ikatan Wartawan Online (IWO) Sidrap persegera dibuka.

Terlihat, hadir H. Bachtiar, S.Hi., M. Si selaku Keynote Speeker workshop ini. Sosok ini sekaligus mewakili Bupati Sidrap sebagai unsur pemerintah. H. Bachtiar
yang juga Kadis Komunikasi dan Informatika Pemkab Sidrap amat mengapresiasi digelarnya workshop ini.

Sebagai representasi Pemkab Sidrap hari itu, H Bachtiar yang juga dikenal sebagai mubaliq menyadari betul betapa penting dan dibutuhkannya peranan pers untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

Sembari menitipkan pesan-pesan Bupati Sidrap, Kadiskominfo mengklaim, tidak akan ada artinya program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah tanpa keberadaan media untuk mempublikasikan dan mensosialisasikan kegiatan itu kepada masyarakat.

Dengan merujuk pada pesan-pesan bupati H Bachtiar pada intinya menegaskan, dengan perananan strategis itu, dibutuhkan jurnalis yang berakhlak, berkarakter dan beretika untuk memproduk informasi dan konten-konten positif yang dipublukasikan kepada masyarakat. Media jalan, etika juga jalan.

Selain Kadiskominfo, hadir juga Dandim 1420 Sidrap, Letkol Inf Andika Ari Prihantoro yang juga dikenal cukup bersinergi dengan media. Terbukti saat itu sejumlah personil TNI (bukan 1 orang) diutus menjadi peserta workshop jurnakistik.

Sejatinya, Kapolres Sidrap AKBP Erwin Syah juga identik dengan Dandim Sidrap yang cukup peduli dengan media. Hari itu Kapolres hanya mengutus wakilnya dan dipastikan ketidakhadirannya karena faktor adanya agenda kedinasan yang bersamaan giat itu. 


Dari kiri: Kadiskominfo Sidrap H. Bachtiar (mewakili Bupati Sidrap), Dandim 1420 Sidrap Letkol Inf Andika Ari Prihantoro, yang mewakili Kapolres Sidrap, Kemenag dan Ketua PD IWO Sidrap Edy Basri (Foto: NuansaBaru.ID/ABDUL). 

Navigasi Media Jurnalistik Era Digital
Nuansa Jurnalistik Kekinian


Kesan pertama dari giat (baca: kegiatan) ini, unsur dikenal pemerintah, aparat keamanan dan unsur lainnya begitu peduli dan bersinergi menghadiri ajang kewartawanan ini. Dèmikian juga peserta workshop merefleksikan antusiasme yàng cukup tinggi.

Terbukti, dari 100-an lebih peserta yang hadir cukup bervariasi. Ada wartawan muda maupun senior, personil TNI, Polri, mahasiswa, ASN dari instansi, karyawan swasta, pengusaha, organisasi dan unsur lainnya.

Intinya, panitia sebagai representasi IWO berhasil merangkum berbagai elemen dan stakeholder serta mampu menarik minat khlayak untuk peduli dengan eksistensi jurnalistik sebagai salah satu pilar demokrasi.

Kesan berikutnya, Ketua IWO (baca: Pengurus IWO) Sidrap terbilang peka dan jeli memilih topik dàn tema situasional. Akrab dengan kondisi zaman perjalanan jurnalistik kekinian sehingga sasarannya mengena. Seperti apa itu?

Topiknya, seputar Jurnalistik Digital dan temanya, "Navigasi Media di Era Digital". Satu topik dan tema yang bisa dimaknai bahwa saat ini banyak orang yang mau mendalami paling tidak mau mengenal seperti apa sebenarnya jurnalistik dan media digital itu.

Media digital dimaksudkan dikenal masyarakat dengan nama media online alias media cyber, yang tengah merebak menyertai era milenium saat ini. Dalam ungkapan klasik bisa disebut seperti jamur di musim hujan.

Sepintas dari satu sisi, kemudahan dan kecepatan menikmati informasi dan kemanfaatannya jelas dirasakan publik. Namun secara hukum alam setiap perkembangan dipastikan ada ekses dan problematika yang menyertainya.

Nah, dari asumsi sederhana inilah dimintai atau tidak diminta secara simultan alam bawa sadar banyak orang terangsang adrenalinnya untuk mau mengetahui kedalaman misteri informasi digital itu. Poin positifnya, meski IWO Sidrap hanya berbasis lokal tapi mampu menangkap sinyal yang berwawasan nasional, bahkan berwawasan global. 


Sesi foto bersama 1 peserta dan panitia (Foto: Panitia Workshop)

Narasumber Workshop Kompeten

Sekarang, bagaimana pemanfaatan narasumber sebagai pemateri workshop. Kesannya, secara makro, panitia dinilai kreatif memanfaatkan narasumber kompeten di bidangnya sehingga tak mengecewakan.

Kita sebut saja, ada Zulkifly Thahir, S.E, Ketua PW IWO Sulsel. Zulkifli Thahir yang juga Pimred Koran Makassar.com merupakan jurnalis visioner. Ada juga Muh. Kharis Syah, S. Pd, jurnalis berwawasan yang belakangan direkrut jadi ASN karena memiliki keterampilan media yang tak diragukan.

Pemateri lainnya, Alfiansyah Anwar, S. Ksi, M.H, dosen Ilmu Jurnalistik IAIN Kota Parepare. Alfian, sapaan akrabnya, yang juga Direktur Pijarnews.com merupakan wartawan senior yang telah mengeyam setumpuk pengalaman spartan di lapangan sebagai wartawan Metro TV.

Narasumber berikutnya, ternyata ada Edy Basry, S.H, Ketua PD IWO Sidrap yang merupakan tokoh sentral workshop jurnalistik ini. Tentang wawasan jurnalistik, penulis tak mau melihat Edy Basry sebatas Ketua IWO.

Edy Basri, kini Pimred Katasulsel.com, bukan wartawan kemarin sore. Kita open saja. Dia sosok jurnalis pekerja keras yang belajar dari bawah. Entah kebetulan, penulis (saya) dan Edy Basri ditakdirkan seperjuangan dan sependeritaan di lapangan dalam satu managemen media, PT Media FAJAR Group.

Ketika itu, saya wartawan Harian BERITAKOTA Makassar dan Edy Basri wartawan Harian FAJAR. Waktu berjalan, musim berganti. Secara resmi dan beretiika, saya mohon diri dengan hormat dari BERITAKOTA, disusul Edy Basri pamit dari FAJAR.

Tak ada bengkalai kesan negatif yang ditinggalkan. Saya dan Edy Basri, alumni perusahaan media itu. Hubungan silaturahmi pribadi dan emosional tak terputus serta tetap terjalin dengan tokoh dan kru perusahaan media itu.

Kembali ke kapasitas sebagai salah satu narasumber, Edy Basri yang juga akademisi Universitas Cokrominoto Kota Pinrang ini, berkat keuletannya menggali dan menggali misteri jurnalistik digital, kini sosoknya bisa disebut sebagai praktisi media digital yang berlevel di atas rata-rata, meski ia hanya bermukim di Sidrap.

Prinsipnya enteng, tak bertele-tele. Katanya, "Kalau mau enak ber-media online taklukkan Mbah Google". Itu pesan lelaki yang mengaku separuh hatinya diinvestasikan untuk jurnalistik.

Bagaimana dengan narasumber yang lain lagi? Tak bisa semuanya di-eksplor di ruang yang terbatas ini. Sensasinya, ada 2 narasumber tamu yang tampil membawakan materi secara virtual membuat peserta workshop terhenyak.

Pertama, seorang Laksamana Muda TNI Angkatan Udara, dosen pada Universitas Pertahanan Jakarta. Lengkapnya bernama Ir. H. Andi Suton, S,T., S.H., M. Si., (Han), CEH., IPP. 

Yang satunya lagi, M. Saleh Mude, mahasiswa Program Doktor di Hartford International University, Connecticut, Amerika Serikat. Topik materinya, "Pentingnya Membaca dan Etika Bermedia". Narasi pemaparan materinya dibedah khusus pada artikel yang lain media ini.


Sesi foto bersama 2 peserta dan panitia (Foto: Panitia Workshop). 

Berhasilkah Workshop Jurnalistik
yang Digelar PD IWO Sidrap?


Nah sekarang, berhasilkah gelaran Workshop Jurnalistik Digital yang dihelat Pengurus Daerah IWO Sidrap itu? Ijinkan penulis mengemukakan argumen ringkas berikut ini.

Pertama, dari sudut pandang organisasi, PD IWO Sidrap berhasil menunjukkan bukti otentik konsistensi pengurus merealisasi pelaksanaan program yang telah ditetapkan pada Raker PD IWO sebelumnya.

Kedua, tak berlebihan kalau dikatakan PD IWO Sidrap membuat gebrakan elegan dengan berhasil mengangkat isu pelatihan jurnalistik kekinian, bukan diklat jurnalistik monoton yang normatif.

Ketiga, secara tidak langsung ìmbasnya membuka mata organisasi kewartawanan yang lain untuk berbuat dan menunjukkan kinerja organisasi.

Keempat, membangun opini publik positif bagi masyarakat untuk mengapresiasi arti pentingnya eksistensi pers bagi masyarakat, daerah, bangsa dan negara.

Kelima, melahirkan peserta workshop yang mulai mengenal dunia jurnalistik serta menambah wawasan jurnalistik peserta workshop yang memang telah berprofesI jurnalis.

Terakhir, penulis ijin mengkritisi bahwa durasi waktu sehari untuk sebuah workshop relatif tak memadai untuk memberikan kesan lebih mendalam. Selain itu, workshop idealnya disertai dengan praktek yang melibatkan peserta sehingga terjadi interaksi yang lebih masif antarpeserta dan pemateri sehingga berpotensi memunculkan umpan balik.

Bahkan, akan lebih terasa getarannya kalau peserta secara berkelompok ditugaskan turun langsung berinteraksi dengan khayak sebagai eksperimen lalu di-follow up eksperimennya. Dan terakhir sekali, lebih bernilai sekiranya di penghujung diklat ditetapkan peserta termuda, peserta tertua, peserta terbaik dan sebagainya. Wallahu alam, salam jurnalistik untuk semua. (*).

Pangkajene Sidrap, 15 Juli 2023

*) Penulis: ABDUL MUIN L.O,
Redaktur Pelaksana NuansaBaru.ID
& peserta Workshop Jurnalistik Digital



Topik Terkait

Baca Juga :