Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Prancis dan Kutukan Juara Bertahan

Kamis, 24 November 2022 | 21:32 WIB | 0 Views Last Updated 2022-11-25T00:08:05Z

  


Bek kiri Prancis, Lucas Hernandez mengalami cedera saat melawan Australia. (Foto: Getty Images) 


Piala dunia memang selalu menyimpan hal yang menarik untuk diulik. Salah satunya, status juara bertahan yang konon merupakan kutukan alias kesialan hingga akan gagal total di edisi berikutnya.

 

NUANSABARU.ID, QATAR - Kondisi ini dipertegas tiga piala dunia terakhir, di mana juara bertahan tidak mampu melewati penyisihan grup. Lihat saja tahun 2010 di Afrika Selatan, Italia yang berstatus juara bertahan tampil loyo dan menjadi juru kunci penyisihan grup di bawah Paraguay, Slowakia, dan Selandia Baru.

 

Nasib serupa dilakoni Spanyol empat tahun berselang. Jawara Piala Dunia 2010 itu harus pulang dari Brasil dengan sangat dini karena tidak kuasa sampai ke babak 16 besar. Kutukan berlanjut di Piala Dunia Rusia 2018, di mana Jerman yang empat tahun sebelumnya menjadi kampiun harus hancur lebur juga di babak penyisihan grup.

 

Kondisi serupa pernah menimpa Prancis di Piala Dunia 2022 Korea dan Jepang. Kedigdayaan Prancis sebagai juara bertahan piala dunia dan piala Eropa tak terlihat sama sekali dan langsung rontok sebelum fase gugur.

 

Jika ditarik jauh ke belakang, ternyata Brasil pun tidak lepas dari kutukan ini. Setelah menjuarai Piala Dunia 1962, Tim Samba harus tersingkir di fase grup Piala Dunia berikutnya di Inggris.

 

Pertanyaannya sekarang, akankah kutukan itu tetap berlaku di Piala Dunia Qatar 2022? Apakah Prancis akan jadi korban berikut dari  status juara bertahan? Atau malah Les Bleus akan menghancurkan kutukan itu?

 

Ini tentu menarik ditunggu. Tapi yang jelas, anak asuh Didier Deschamps telah mengawali kiprah di Qatar secara impresif, dengan menaklukkan Australia di Al Janoub Stadium (23/11/2022).

 

Peluru Prancis Kedalaman Tim 

dan Gaya Permainan Variatif


Bayangan kutukan sebetulnya sempat mencuat saat Craig Goodwin membawa Australia unggul cepat saat pertandingan baru berjalan 9 menit. Namun Prancis bisa merespon lewat gol Adrien Rabiot menit ke-27 (27’), Olivier Giroud (32’ dan 71’) serta Kylian Mbappe (68’). Skor berakhir 4-1 untuk keunggulan Prancis.

 

Masih ada Denmark dan Tunisia yang harus dihadapi Prancis di Grup D untuk membuktikan apakah mereka bisa memutus kutukan juara bertahan. Namun terlepas dari hal itu sebenarnya Prancis telah mengalami “kutukan”  berbeda bahkan sebelum turnamen dimulai.

 

“Kutukan” atau kesialan itu berupa badai cedera yang melanda para pemain kunci. Mulai duo gelandang pilar Piala Dunia 2018, N’Golo Kanté dan Paul Pogba, kiper Mike Maignan, hingga bek tangguh Presnel Kimpembé.

 

Dua amunisi utama juga tumbang saat latihan jelang turnamen dimulai.  Mereka yakni penyerang potensial Christopher Nkunku, serta peraih Ballon d’Or 2022, Karim Benzema. Terbaru,  bek kiri Lucas Hernandez harus jadi tumbal kemenangan atas Australia dan harus menyudahi perjalananya di Piala Dunia Qatar.

 

Badai pemain andalan cedera tentunya sangat berat bagi tim mana pun. Namun Prancis adalah tim yang punya kedalaman skuad istimewa dan banyak stok pemain berlabel bintang. Faktor pelatih mumpuni dan gaya permainan variatif juga turut mendukung.

 

Kira-kira siapa lebih ampuh, Prancis atau kutukan juara bertahan? Jawabannya, saksikan laga Prancis selanjutnya. (*).


Penulis: MUSAFIR YD

Editor: ABDUL



Hukum

×
Berita Terbaru Update